beranda

Minggu, 04 September 2011

MEMBANGUN CITRA DIRI DAN PERUSAHAAN MELALUI TEKNOLOGI KOMUNIKASI


A.      PENGERTIAN CITRA
Ada beberapa definisi citra yang dikemukakan oleh para ahli antara lain:
Kotler (2000 ; 599) menyatakan bahwa : “ Image is the set beliefs, ideas, and impressions that a person hold of on object “. Sedangkan menurut Aacker & Myers (2000 ; 116) : “ The total impression of what person a group of people think and know about or object “.
Selanjutnya menurut Frank Jefkin ( 1987 ; 56 ) : “ And image is the impression gamed according to knowledge and understanding of the facts “. Dari definisi-definisi tersebut, maka dapat diambil pengertian umum dari citra yaitu: Citra merupakan hasil evaluasi dalam diri seseorang berdasarkan persepsi dan pemahaman terhadap gambaran yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan dalam benak seseorang. Citra dapat diukur melalui pendapat, kesan atau respon seseorang dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang ada dalam pikiran setiap individu mengenai suatu objek, bagaimana mereka memahaminya dan apa yang mereka sukai atau yang tidak disukai dari objek tersebut.
Suatu citra bisa sangat kaya makna atau sederhana saja. Citra dapat berjalan stabil dari waktu ke waktu atau sebaliknya bisa berubah dinamis, diperkaya oleh jutaan pengalaman dan berbagai jalan pikiran asosiatif. Setiap orang bisa melihat citra suatu objek berbeda-beda, tergantung pada persepsi yang ada pada dirinya mengenai objek tersebut atau sebaliknya citra bisa diterima relatif sama pada setiap anggota masyarakat, ini yang biasa disebut opini publik.
Seperti yang dikemukakan Assael ( 1987 ; 162 ) yaitu : “ An Image is a total perception of the subject that this formed by processing information from various sources over time “. Citra merupakan keseluruhan dari persepsi seseorang terhadap satu hal yang dibentuk melalui proses informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.
Cornelissem (2000:120) menyatakan bahwa “ an image is a perception of a receiver of his or her received projection of the corporate identity and own reflection of interpretations of various attributes from various source. It is a complex of cognitive interpretations that members of the key publics hold of an organization ”. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu citra adalah persepsi dari seorang penerima berdasarkan pertimbangan yang dimilikinya terhadap identitas perusahaan dan daya reflek interpretasi terhadap berbagai atribut perusahaan dari berbagai sumber. Citra memiliki sebuah interpretasi yang kompleks dimana masyarakat merasa berkepentingan terhadap sebuah organisasi.
Ind (1990) dalam John Christie (2002:41) menyatakan bahwa “ corporate image as what the organization transmits to its receivers about itself and how these projections are received” . Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa citra merupakan apa yang organisasi sampaikan kepada para penerima mengenai dirinya dan hal-hal yang bagaimana dipertimbangkan untuk diterima.
Citra perusahaan dikemukakan oleh Andreassen dan Lindestad (1997:74) bahwa corporate image is an overall evaluation of the company and is measured using three indicator: overall opinion of the company contribution to society and company network (citra perusahaan merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap perusahaan dan diukur dengan menggunakan tiga indikator; pendapat mengenai perusahaan, pendapat mengenai kontribusi perusahaan terhadap masyarakat dan jaringan perusahaan).
Menurut Petty dan Cacioppo, 1986 dlam Cornelissem (2000:120) berbagai tingkat pemahaman dalam konsep citra perusahaan didasarkan atas hubungan antara tingkat keterlibatan individu dengan objek dan tingkat dari pengembangan citra terhadap suatu objek. Keterlibatan tersebut dilihat sebagai sebuah konsekuensi dari kapasitas proses informasi bagi setiap individu sehingga memotivasinya terhadap objek tersebut. Sebuah tingkat keterlibatan yang tinggi memiliki hubungan dengan sebuah tingkat dari pengembangan.
Praya (1990) dalam Cornelissem (2000:120) mengenalkan tiga macam citra perusahaan berdasarkan tingkat pengembangannya:
·         Citra dilihat dari sebuah jaringan atau bagan struktur yang kompleks (pengembangan tingkat tinggi/ high elaboration ).
·         Citra dilihat dari suatu sikap penilaian (pengembangan tingkat menengah /midlle elaboration )
·         Citra dilihat dari suatu kesan global yang sederhana (pengembangan tingkat rendah/ low elaboration )
Citra perusahaan yang baik merupakan sebuah asset bagi kebanyakan perusahaan, karena citra perusahaan memiliki suatu dampak terhadap persepsi pelanggan dari komunikasi dan operasi perusahaan yang sangat menghormati pelanggan. Gronroos (1990:169) menyebutkan citra mempunyai dua fungsi:
·         Citra perusahaan merupakan komunikasi dengan berbagai harapan.
·         Citra perusahaan merupakan sebuah fungsi dari pengalaman yang paling baik sebagaimanan berbagai harapan pelanggan.
Menurut Nguyen dan LeBlanc (1988:55) ada sejumlah item sebagai kontribusi di dalam membangun citra perusahaan yaitu tradisi, ideologi, nama perusahaan, reputasi, berbagai tingkat harga, keragaman jasa dan kualitas komunikasi yang dimiliki setiap karyawan dalam menyampaikan jasa perusahaan, identitas perusahaan, tingkat dan kualitas dari media periklanan serta sistem penyampaian jasa. Sedangkan menurut Kennedy (1977) dalam Nguyen dan LeBlanc (1988:55) menyatakan bahwa secara prinsip ada dua komponen citra perusahaan yaitu fungsional dan emosional. Komponen fungsional berkaitan dengan komponen yang yang bersifat nyata ( tangible ) sehingga pengukurannya lebih mudah, sedangkan komponen emosional berkaitan dengan bentuk psikologis yang ditunjukkan melalui berbagai perasaan dan sikap. Gronroos (1984) dalam Nguyen dan LeBlanc (1988:55) berpendapat bahwa citra dibangun sebagian besar melalui technical quality (kualitas teknik) seperti manfaat apa yang diterima pelanggan dari pengguna jasa dan functional quality (kualitas fungsional), yaitu bagaimanan cara perusahaan menyampaikan jasa tersebut.
Siswanto Sutojo (2004:37) mengemukaan, citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat sebagai berikut:
·         Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap
·         Menjadi perisai selama masa krisis
·         Menjadi daya tarik eksekutif handal
·         Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran
·         Penghematan biaya operasional
Selanjutnya, Siswanto Sutujo (2004:39) juga mengemukakan bahwa keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu:
·         Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran.
·         Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis
·         Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan
·         Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran
·         Citra yang ditonjolkan merupakan sarana, bukan tujuan usaha.
Kottler (2003) yang menyebutkan bahwa citra perusahaan menggambarkan sekumpulan kesan (impressions), kepercayaan ( beliefs ), dan sikap ( attitudes ), yang ada di dalam benak konsumen terhadap perusahaan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan citra perusahaan terdapat beberapa indikator yang dijadikan ukuran dalam penilaian citra, yaitu:
·         Kesan,
Isman (2006) dalam penelitiannya mengenai manfaat citra pada Bank BNI cabang Jambi, menggunakan indikator tingkat prestisius untuk mengukur kesan, sementara T. Ahmad Helmi (2005) dalam penelitiannya juga menggunakan indikator tingkat prestisius untuk mengukur kesan pada variabel citra perusahaan. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis juga menggunakan tingkat prestisius sebagai salah satu indikator untuk mengukur kesan dalam variabel citra perusahaan.
·         Kepercayaan
Menurut Morgan dan Hunt (1994) dalam Hasemark, Ove dan Albinson (2004) menjelaskan bahwa kepercayaan timbul karena adanya suatu rasa percaya kepada pihak lain yang memang memiliki kualitas yang dapat mengikat dirinya, seperti tindakannya yang konsisten, kompeten, jujur, adil, bertanggung jawab, suka membantu dan rendah hati.
Doney dan Cannon (1997) dalam Davey, Rod dan Anthony Jacks, (2001) mengatakan bahwa kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan diimplementasikan dari kredibilitas perusahaan dan kepedulian perusahaan pada pelanggan yang ditujukan melalui performance perusahaan pada pengalaman melakukan hubungan dengan pelanggan.
Anna dan Weitz (1998) menegaskan kepercayaan menekankan pada hubungan antara pelanggan dengan perusahaan, dimana perusahaan menunjukkan tindakan-tindakan nyata baik langsung maupun tidak langsung kepada pelanggan serta tingkat kejujuran perusahaan dalam merealisasikan janji-janjinya. Hal ini juga ditekankan oleh Ganesan (1994) dalam Anna dan Weitz (1998) bahwa pembentukan kepercayaan pelanggan ditekankan melalui kompetensi perusahaan dalam merealisasikan hubungannya dengan pelanggan sehingga tindakan-tindakan perusahaan dapat memberikan manfaat pada pelanggan.
Dari keempat pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan terbentuk melalui:
·         Tindakan-tindakan nyata perusahaan melalui pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.
·         Kejujuran perusahaan dalam menepati janji-janjinya.
·         Sikap
Peter dan Olson (1999:131) menyebutkan salah satu definisi awal sikap diperkenalkan oleh Thurstone (1931). Dimana sikap sebagai suatu konsep yang cukup sederhana, yaitu jumlah pelanggan yang dimiliki seseorang atas atau untuk menentang suatu objek.
Solomon (1999) dalam Sumarwan (2002:147) menyebutkan tricomponent model sebagai model sikap ABC. A menyatakan sikap ( affect ), B adalah perilaku ( behavior ) dan C adalah kepercayaan ( cognitif ). Sikap menyatakan perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap. Perilaku adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan sesuatu sedangkan kognitif adalah kepercayaan seseorang terhadap objek sikap.
Sumarwan (2002:148) menyebutkan tiga komponen dalam membentuk sikap, yaitu:
·         Komponen kognitif, yaitu sikap yang menggambarkan pengetahuandanpersepsi terhadap suatu objek sikap. Pengetahuan dan persepsi tersebut diperoleh melalui pengalaman langsung dari objek sikap tersebut dan informasi dari berbagai sumber.
·         Komponen afektif, yaitu mengggambarkan perasaan dan emosi seseorang terhadap suatu produk atau merek. Perasaan itu merupakan evaluasi menyeluruh terhadap objek sikap. Afek mengungkapkan penilaian konsumen kepada suatu produk apakah baik atau buruk, “disukai” atau “tidak disukai”. Perasaan dan emosi seseorang tersebut terutama ditujukan kepada produk secara keseluruhan, bukan perasaan dan emosi kepada atribut-atribut yang dimiliki produk.
·         Komponen konatif, menggambarkan kecenderungan dri seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan objek sikap. Konatif juga bisa meliputi perilaku yang sesungguhnya terjadi.
Simamora (2004:155) menyebutkan ketiga komponen dari sikap tersebut berada dalam suatu hubungan yang konsisten. Sebelum suka atau tidak suka (komponen afektif) terhadap suatu objek, tentu seseorang harus yakin lebih dahulu (komponen kognitif). Dimana kemudian seseorang membeli produk (komponen konatif) tentu karena suka (komponen afektif), kecuali dalam keadaan terpaksa.
Petter dan Olson (1999:131) mengungkapkan bahwa sebagian besar periset setuju bahwa konsep sederhana dari sikap yang diajukan oleh Thurstone dan Fishbein (1931) adalah yang paling bermanfaat. Artinya sikap mewakili perasaan senang dan tidak senang terhadap suatu objek yang dipertanyakan. Sedangkan kepercayaan (kognisi) dan keinginan untuk (konasi) dipandang memiliki hubungan dengan sikap tetapi merupakan konsep kognitif yang terpisah, bukan merupakan bagian dari sikap itu sendiri. Sejalan dengan pendapat tersebut Sumarwan (2002:136) menyebutkan bahwa sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak disukai.
Dalam penelitian ini indikator sikap dibatasi pada penilaian sikap secara umum, sesuai dengan pendapat Simamora, 2004; Peter dan Olson,1999; dan Sumarwan,2002, yang menyimpulkan sikap secara umum adalah perasaan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek dari sikap itu sendiri.
B.       MACAM-MACAM CITRA
Ada banyak jenis citra yang dapt dibentuk atau ditingkatkan oleh seseorang atau sebuah organisasi, lima diantaranya adalah :
1.       Corporate Image (Citra Perusahaan)
Citra perusahaan merupakan citra yang melekat pada perusahaan, apakah citra itu baik ataupun buruk. Citra perusahaan yang positif akan memberi dampak yang positif pula bagi perusahaan, misalnya meningkatkan volume penjualan atau dapat pula meningkatkan motivasi kerja para karyawan.
2.       Industri Image (Citra Industri)
Beberapa perusahaan dapat bersatu untuk meningkatkan citra seluruh industri. Dunia bisnis pada umumnya berusaha membentuk sikap masyarakat yang lebih mendukung terhadap bisnis.
3.       Institusional Image (Citra Institusional)
Citra Institusional adalah citra yang melekat pada suatu organisasi
4.       Area Image (Citra Wilayah)
Citra wilayah merupakan citra yang melekat pada suatu daerah, kota atau bahkan negara. Citra wilayah biasanya berdampak pada sector pariwisata dan perdagangan. Misalnya negara kesatuan Republik Indosnesia sejak pertengahan tahun 1997 hingga beberapa waktu belakangan ini memiliki citra yang negatif dimata dunia internasional akibat berbagai peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi di Indonesia, yang akhirnya berdampak buruk pada sektor pariwisata di Indonesia yaitu menurunnya jumlah wisatawan asing yang berkunjung Ke Indonesia.
5.      Individual Image (Citra Individu)
Citra Individu merupakan citra yang melekat pada seseorang pada dasarnya setiap orang memiliki citra dirinya. Pada kandidat politik. Misalnya berusaha untuk meningkatkan citra pribadi mereka melalui penampilan langsung dihadapan publik.
Citra dari sebuah perusahaan mempunyai makna yang sangat penting, sehingga dapat dikatakan bahwa citra perusahaan adalah asset non fisik yang paling berharga. Banyak perusahaan menghabiskan banyak biaya untuk mengembangkan citra perusahaan dengan alasan :
·         Citra perusahaan yang positif akan mendorong persepsi positif terhadap produk perusahaan. Terdapat hubungan yang erat antara citra perusahaan dengan citra merek atau produk.
·         Perusahaan berusaha menjaga citra yang telah ada dari berbagai isu yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi konsumennya.
Dengan menggunakan Konteks Citra secara umum maka citra perusahaan didefinisikan sebagai berikut :
Citra adalah kesan; perasaan; gambaran; dari publik terhadap perusahaan; kesan dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi”.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan, mengkomunikasikan citra perusahaan agar dapat berhasil menurut Jack G. Wiechmann (1999 ; 198) :
·         Perception is What Counts, Kenyataan dari suatu kondisi bukanlah merupakan hal yang terpenting tetapi kenyataan yang diingat oleh target sasaran perusahaanlah yang membentuk citra perusahaan
·         Direction,  Arah dari kampanye citra perusahaan haruslah diupayakan oleh pihak Top Manajemen perusahaan, karena merekalah yang paling memahami keadaan perusahaan dari seluruh sisi perusahaan.
·         Know Thyself, Perusahaan perlu mengetahui siapa diri mereka sebelum memutuskan arah mana yang akan ditenpuh, mengetahui ctra perusahaan saat ini dan bagaimana memelihara citra baru perusahaan.
·         Focus,  Perusahaan perlu mengetahui siapa yang ingin dicapai. Semakin baik perusahaan mengenal dan memahami9 target sasarannya, maka makin mudah bagi perusahaan untuk mengubah persepsi target sasarannya terhadap perusahaan
·         Creativity, Apayang ingin disampaikan melalui kampanye citra perusahaan. Apa daya tarik perusahaan yang mudah untuk diingat.
·         Consistensy, Tidak peduli seberapa focus dan kreatif, tanpa konsistensi maka seluruh invesment perusahaan dalam mambangun citra yang positif akan sia-sia.
C.       PENGERTIAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Kata teknologi berasal dari bahasa latin yang berakar dari kata textere, yang artinya menyusun atau membangun. Namun pengertian teknologi tidak dapat dibatasi hanya pada penggunaan peralatan mesin, meskipun dalam arti sempit dalam percakapan sehari-hari istilah tersebut sering digunakan.
Teknologi adalah “design for instrumental action that reduces the uncertaintyin cause-effect relationships involve in achieving a desired outcome”  (Roger, 1983). Teknologi merupakan sebuah seperangkat untuk membantu aktivitas kita dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan.
Sedangkan komunikasi adalah “the process of sending and receiving message between two person or among a small group of person, with some effect and some immediate feed back in present”  atau proses penyampaian dan penerimaan pesan di antara dua orang atau lebih dalam jarak fisik dengan kelima indera dapat digunakan dan feed back langsung ada di dalamnya.
Lalu apa definisi dari Teknologi Komunikasi?
Teknologi komunikasi Peralatan perangkat keras dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nilai-nialai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses dan saling tukar informasi dengan individu-individu lain (Rogers,1986)
Karakteristik teknologi komunikasi
·         Teknologi Komunikasi adalah alat
·         Teknologi Komunikasi dilahirkan oleh sebuah struktur ekonomi, sosial dan politik
·         Teknologi Komunikasi membawa nilai-nilai dari struktur yang melahirkannya
·         Teknologi Komunikasi berfungsi meningkatkan kemampuan indra manusia.
Yang perlu diingat, teknologi selalu memiliki dua aspek, yakni hardware (yang terdiri dari obyek material atau fisik) dan software (terdiri dari informasi untuk mengoperasikan hardware). Karena sifat hardware yang visible, terkadang mempengaruhi persepsi kita tentang teknologi komunikasi (selalu berpersepsi pada
aspek hardware).
Teknologi komunikasi dapat membawa seorang individu melintasi batas ruang dan waktu serta mendapatkan informasi yang tidak didapat sebelumnya (McLuhan, 1965).  Manusia telah menjadikan teknologi media sebagai jendela dunia (a window to the world) dan dapat mengetahui kejadian-kejadian yang jauh jaraknya tanpa perlu hadir langsung di lokasi kejadian (Noegroho, 2010: 4)
Perbedaan teknologi Komunikasi dengan Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah pemrosesan, pengolahan dan penyebaran data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi menitik beratkan bagaimana data diolah. Sedangkan teknologi komunikasi adalah Peralatan perangkat keras dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nilai-nialai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses dan saling tukar informasi dengan individu-individu lain
D.      PENERAPAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DALAM MEMBANGUN CITRA DIRI DAN PERUSAHAAN
Tentunya masih teringat di benak kita, Facebook mengalami booming di berbagai negara, termasuk Indonesia, pada tahun 2008. Pada tahun itu, Obama berhasil menggunakan berbagai teknologi termasuk Facebook untuk membangun citranya sebagai pro perubahan. Tentunya akan berbeda jika Obama tidak menggunakan teknologi dalam mengkampanyekan slogan-slogan perubahan. Karena adaptasi terhadap teknologi merupakan kemampuan dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat. 
Pada saat itu, Obama menggabungkan berbagai social media seperti Facebook, Twitter, MySpace, YouTube, dan 10 media sosial lainnya untuk menggalang dukungan dan dana bagi kampanyenya menjadi presiden Amerika. Media-media yang digunakan tersebut merupakan media dua arah yang memungkinkan terjadinya komunikasi dengan pendukungnya. Hasilnya? Selain merasa dekat secara emosional, masyarakat Amerika membaca adanya masa depan bagi negara mereka di tangan Obama.
Obama berhasil mengungguli kandidat president Amerika lainnya dalam berbagai aspek. Ada 500 juta Blog yang menuliskan berbagai hal tentang Obama, sedangkan tentang McCain hanya 150 juta Blog saja. Tercatat Obama memiliki lebih dari 2,379,102 pendukung di Facebook, sedangkan McCain hanya memiliki 620,359 pendukung saja. Follower Obama di Twitter mencapai 118.107 orang dan McCain hanya berkisar 4.942 orang saja. Begitu juga dengan MySpace Obama yang memperoleh 844.927 teman padahal McCain hanya 219,404 teman saja.
Dalam hal perolehan fund raising yang sebagian besar secara online, dicatat sejarah sebagai yang terbesar dibandingkan kampanye presiden sebelumnya. Obama membukukan dana terbesar dibandingkan pesaingnya.
Yang membuat pemikiran-pemikiran Obama cukup sering dikutip adalah pembaruan Blog Obama yang konsisten dan teratur, sehingga membuat pengunjung kembali lagi untuk membaca perkembangan terbarunya. Berbagai pidato kampanyenya secara rutin di-upload ke Youtube dan Flickr sehingga memudahkan pengguna internet (yang makin besar) untuk melihatnya.
Lalu bagaimana dengan kita? Apakah efek yang sama juga bisa terjadi dengan kita? Apakah masyarakat Indonesia juga bisa ”membaca” citra diri kita melalui teknologi? Jika melihat checkfacebook.com, jumlah pemilik akun Facebook di Indonesia mencapai 24,722,360 orang dari total keseluruhan 465,562,160 orang di dunia. Sedangkan total pengguna internet di Indonesia adalah 30 juta orang. Dan kita ketahui bersama, saat ini hampir semua perusahaan telah menggunakan internet untuk komunikasi dan pemasarannya. Sehingga, aktivitas Anda melalui teknologi-teknologi tersebut SANGAT MUNGKIN terbaca oleh masyarakat di negeri kita.
Anda bisa menggunakan berbagai media yang ada. Bisa saja Facebook, Twitter, Plurk, Friendster, Youtube, Blogspot (Blogger.com), Wordpress, dan lain sebagainya. Setiap media tentunya mempunyai peruntukkan masing-masing. Facebook umumnya bisa digunakan untuk pribadi maupun perusahaan. Untuk pribadi, disarankan untuk menggunakan Facebook Profile. Sedangkan untuk perusahaan, lebih disarankan untuk menggunakan Facebook Page. Jika Anda menggunakan Twitter dan Plurk, status dari akun tersebut akan mencerminkan bahwa media tersebut digunakan untuk pribadi atau perusahaan. Sedangkan bagi pengguna Blog, konten dari artikel-artikel Anda akan mencerminkan Blog digunakan untuk pribadi atau perusahaan.
Apa yang harus dicitrakan?
Menurut Andre Matthews, penulis 7 Days to Greater Happiness, Andalah yang menentukan citra diri. Dengan menentukan citra diri Anda sendiri, Anda juga akan menentukan seberapa besar kebahagiaan yang Anda inginkan.Orang lain bisa melihat citra diri Anda atau perusahaan melalui aktivitas-aktivitas yang Anda lakukan selama ini. Selain itu, bisa melalui CV atau profil yang diperlihatkan untuk publik. Alternatif lainnya adalah dengan mempromosikan sendiri secara proaktif :) Facebook, Twitter, Plurk, dan lainnya sangat memungkinkan hal tersebut. Tentunya dengan pengalaman menulis selama ini, promosi bisa dilakukan dengan halus. Karena membangun citra bukanlah narcisism, namun narcisism merupakan hak Anda :) Bangunlah citra secara bebas namun tetap proporsional. Buatlah kesan yang berbeda pada saat orang lain membaca citra diri Anda. Dan yang paling penting, dalam membangun citra diri, jangan pernah meremehkan atau menghina orang lain. Dengan menjelek-jelekkan orang lain, seringkali malah menjatuhkan citra diri Anda sendiri.
Dikatakan proporsional jika citra yang ingin Anda tampilkan tidaklah berlebihan, sesuai kapasitas dan kompetensi Anda. Jangan pernah berbohong atau menjadi sosok orang lain dalam membangun citra diri Anda. Alternatifnya, tekankan pada kompetensi yang ingin Anda tonjolkan. Tampilkan potensi-potensi Anda secara bebas sesuai dengan citra yang ingin dibangun, bahkan yang tidak ter-cover dalam lamaran pekerjaan. Jika perlu menggunakan gambar, pasanglah gambar. Jika punya video yang bisa menjelaskan lebih jauh, tampilkan saja video tersebut. Kemaslah konten yang ingin ditampilkan tersebut dengan wajar agar tidak membuat orang lain menekuk dahi (tidak yakin).
Dengan menampilkan secara bebas, informasi bisa terbaca secara menyeluruh dan sesuai dengan kompetensi yang ingin ditonjolkan. Hasilnya? Pekerjaan, job/order, dan kesempatan lain akan muncul. Selain itu, citra diri atau perusahaan akan menjadi positif. 
Pemanfaatan Blog
Blog merupakan pusat aktifitas semua media sosial yang kita gunakan. Proses “eksekusi” akan terjadi ketika pengunjung bisa membaca lebih jauh melalui media ini. Anda bisa mengisi konten sesuai dengan citra yang ingin dibangun. Contohnya berkompeten di bidang tertentu, sosok yang cantik peduli dan cerdas, pakar di bidangnya, atau bahkan orang yang emosional. Semua bisa dibangun melalui tangan Anda sendiri.
Dengan menggunakan Blog, melalui citra yang dibangun, mesin pencari akan membantu masyarakat pengguna internet untuk “menemukan Anda”.Kabar baiknya, untuk membuat Blog tersebut, waktunya cukup singkat. Selain itu, Anda bisa memperbarui kontennya secara cepat. Untuk bisa mendapatkan semua itu, tidak dibutuhkan keahlian pemrograman ataupun desain. Dan yang cukup penting, media yang hebat tersebut dapat Anda peroleh secara gratis!
Dengan kenyataan tersebut, untuk membangun citra diri melalui teknologi tentunya tidak sulit. Yang menjadi pertanyaan, citra seperti apa yang ingin Anda tampilkan? Tentunya citra positif, bukan? Anda bisa memilih untuk menjadi sosok yang cerdas, kompeten, bijaksana, emosional, religius, akrab, anggun, atau lainnya, melalui rangkaian kalimat yang dijalin.
Personal Brands vs Corporate Brands
Secara fisik (tampilan), terdapat perbedaan pada saat Anda membangun personal brands dengan corporate brands. Yang pasti, Anda akan menampilkan nama sendiri dalam media tersebut atau bahkan logo dan desain sendiri yang mencerminkan diri pemiliknya. Dan pengelolanya umumnya hanya 1 orang. Sedangkan untuk perusahaan, nama perusahaan dan logo merupakan hal yang sudah pasti sesuai dengan ciri perusahaan. Dalam hal pengelolaan, bisa lebih dari 1 orang.
Sedangkan jika dilihat dari sisi konten, artikel atau informasi di dalamnya akan mencerminkan pribadi atau perusahaan masing-masing. Jika pribadi, konten bisa sangat personal dan mencerminkan kompetensi pribadi. Sedangkan untuk perusahaan akan mencerminkan kemampuan, pengalaman, atau bahkan bentuk klarifikasi jika terjadi miskomunikasi di masyarakat. Target pembaca konten dalam membangun personal brands bisa pemilik perusahaan atau calon perusahaan. Sedangkan untuk corporate brands targetnya terkait dengan tujuan bisnis perusahaan tersebut.
Untuk memperkuat citra diri, konsistenlah dalam menulis konten. Kompetensi akan tampak dari konten yang tertulis. Untuk itu, fokuslah pada kompetensi Anda. Selain itu, Anda juga bisa memilih nama domain sendiri agar usaha branding menjadi tampak. Jika perlu gunakan avatar atau foto diri untuk semakin memperkuat citra Anda. Jangan lupa untuk memperjelas batasan antara pribadi dan bisnis. 
Sedangkan dalam hal memperkuat citra perusahaan, tekankan penggunaan nama perusahaan. Selain itu, konsistenlah dalam melakukan aktivitas ini di semua media sosial. Tampilkan logo dan bukan avatar atau foto pribadi. Jangan lupa untuk memberikan batasan yang jelas dengan pribadi-pribadi yang terlibat dalam aktivitas di media sosial.
Jika Anda ingin menggabungkan keduanya (diri dan perusahaan), perjelaslah tujuan pemanfaatan sejak awal, pertegas batasan antara keduanya (konten bukan hal pribadi namun pribadi yang terkait dengan pekerjaan), dan jika dibtuhkan sisipkan inisial perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

·           Effendi, Onong Uchjana. 1993. Human Relation dan Public Relation. Bandung:
·           Kasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relation Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti ;
·           Moore, Frazier. 2005. Humas: Membangun Citra dengan Komunikasi. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya

Website :

·           CaturAriadie.com
·           Ilmumanajemen.com
·           Requestartikel.com
·           Arumlovers.blogspot.com
·           Globalstatistik.com
·           Omerwin.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar